Perdagangan global sedang menghadapi masa sulit karena bisa menyusut drastis. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan perdagangan global diproyeksikan melambat hampir setengahnya menjadi hanya 1,7% pada tahun 2025. Pada bulan Januari tahun ini, prediksinya jauh lebih optimis: IMF memprediksi pertumbuhan perdagangan sebesar 3,2%. Sayangnya, situasi ini telah berubah menjadi lebih buruk. Dengan latar belakang ini, IMF saat ini mengantisipasi penurunan indikator menjadi 1,7%. Selain itu, IMF telah menurunkan prediksi pertumbuhan perdagangan globalnya untuk tahun 2026 sebesar 0.8 poin presentase menjadi 2,5%.

Menilai prospek ekonomi global, para ahli mencatat bahwa revisi saat ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya proteksionisme dan perluasan perhambatan perdagangan, terutama dari Amerika Serikat. Analis percaya hal ini akan meningkatkan ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan selama dua tahun ke depan. Kebuntuan tarif yang sedang berlangsung antara AS dan Tiongkok semakin menambah besar bara api. Sebelumnya, Kementerian Perdagangan Tiongkok memperingatkan mitra dagangnya bahwa Presiden Donald Trump dan pemerintahannya akan meningkatkan tekanan pada Tiongkok. Beijing memandang hal ini sebagai upaya Presiden Donald Trump dan pemerintahannya akan meningkatkan tekanan pada Tiongkok. Beijing memandang hal ini sebagai upaya untuk mengisolasi Tiongkok dari negara lain sebagai bagian dari perang dagang yang sedang berlangsung.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa pemerintahan Trump berencana untuk menekan negara-negara tertentu agar membatasi perdagangan dengan Tiongkok dengan imbalan pengecualian tarif AS. Pejabat Tiongkok menanggapi dengan sarkasme yang gamblang, dengan mengatakan, "Ini seperti meminta kulit harimau." Selain itu, Beijing telah berjanji akan melakukan tindakan balasan jika situasinya memburuk.